Dankondisi bocornya bendungan Pintu Air 10 saat ini, kata Iksan, lebih parah dibanding tahun 2015 lalu yang hanya bocor di satu pintu saja. Yaitu Pintu Enam. "Saat ini bocornya terjadi di tiga pintu, yaitu Pintu 4, 5, dan 10. Apabila bocornya itu bisa jebol seperti yang terjadi di Pintu 6 pada 2015 lalu, maka kondisinya akan lebih perah," ucap
BendunganPasar Baru atau biasa disebut oleh masyarakat Tangerang dengan Pintu Air 10 Cisadane. Dibangun pada tahun 1927, selesai dan diresmikan tahun 1930. Selain menjadi pengendali air kiriman dari kota Bogor, bangunan bersejarah tersebut difungsikan untuk mengairi areal persawahan seluas 40.663 Hektar.
BendunganPintu Air 10 Kota Tangerang (Dens Bagoes Irawan / TangerangNews) TANGERANG -Kementerian Pekerjaan Umum (PU) akan memperbaiki dua daun pintu Bendungan Pintu Air 10 yang berlokasi di Jalan Sangego Raya, Neglasari, Kota Tangerang, pada tahun ini. Pasalnya kondisi bendungan yang dibangun sejak zaman belanda tersebut sudah tidak layak.
RIAUONLINE, BERN- Jasad Emmeril Kahn Mumtadz alias Eril, putera sulung Ridwan Kamil ditemukan seorang polisi penjaga pintu air. Menurut pihak Mabes Polri, temuan ini didapat setelah berkomunikasi dengan kepolisian Bern, Swiss. "Dari hasil komunikasi dengan kepolisian setempat bahwa jenazah Eril ditemukan oleh kepolisan penjaga pintu air," kata
Operasionalpintu air pada Bendung Arca dilaksanakan berdasarkan 2 kondisi Elevasi Muka Air yaitu pada saat musim kemarau dan musim penghujan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pintu-pintu air pada beberapa saluran sekunder. Dari hasil analisis efektivitas irigasi pada beberapa saluran sekunder Daerah Irigasi Kedung Limus
Proyekpembangunan bendung ini dimulai pada 16 April 1911 dan selesai pada awal Oktober 1912, sebelum akhirnya diresmikan penggunaannya pada 11 Oktober 1912.Total biaya yang dikeluarkan 80.000 gulden. Bendung yang juga hasil karya Ir. Hendrik van Breen ini memiliki panjang total 74 m, dengan 5 inlaatsluis (pintu untuk mengalirkan arus ke kawasan di bawah), 3 spuisluis (pintu untuk menahan air
. Bendungan Pintu Air Sepuluh Tangerang atau Bendungan Pasar Baru Irigasi Cisadane lokasinya berada di Desa Koang Jaya, Karawaci, Tangerang. Untuk sampai ke tempat itu, saya melewati jembatan yang melintang di atas Sungai Cisadane, dan lalu belok kanan. Lokasi bendung berada di pojok kanan jalan yang berkelok ke arah kiri. Bentang Bendungan Pintu Air Sepuluh berada di sebelah kanan jalan arah menuju ke Masjid Pintu Seribu yang jaraknya 3,2 km lagi arah ke barat daya. Tak ada parkir khusus da tempat itu, namun ada ruang luang yang tak begitu besar untuk kendaraan berhenti tanpa terlalu mengganggu lalu lintas di jalan. Sungai Cisadane adalah salah satu sungai utama yang airnya mengalir melewati Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat. Sungai itu merentang sepanjang sekitar 80 Km. Sumber air Sungai Cisadane berawal dari Gunung Salak – Pangrango di Kabupaten Bogor, dan kemudian mengalir hingga sampai ke muaranya yang berada di Laut Jawa. Sesuai dengan nama julukan populernya, Pintu Air Sepuluh Tangerang atau Bendungan Sangego memiliki sepuluh buah pintu air yang lebarnya masing-masing sepuluh meter. Penguasa Belanda di jaman kolonial mulai membangun Bendungan Pasar Baru Irigasi Cisadane ini pada tahun 1927 dan membutuhkan waktu hingga lima tahun sebelum mulai digunakan pada 1932. Konon pemerintah Belanda sampai perlu mendatangkan para pekerja yang berasal dari kota Cirebon ketika membangun bendung ini. Bisa jadi karena di saat yang bersamaan ada banyak proyek yang sedang dikerjakan, sehingga jumlah tenaga kerja yang ada di sekitar lokasi sudah tidak lagi mencukupi kebutuhan. Sebuah pemandangan menarik terlihat ketika seorang pria muda tampak tengah menebar jala dari atas Bendungan Pintu Air Sepuluh Tangerang di ruang diantara dua buah pintu air. Agaknya Sungai Cisadane bukan hanya menghidupi para petani dan pemilik sawah serta menjadi sumber air minum kota Tangerang, namun juga menjadi tempat bermain anak dan mencari ikan. Saya memotret pemandangan di Bendungan Pintu Air Sepuluh Tangerang ketika batang pisang masih menjadi mainan pilihan bagi anak-anak untuk bermain di sungai yang permukaan airnya tampak sedang surut. Seorang pria usia pertengahan abad terlihat tengah berjalan membawa jala untuk mengais rejeki dari dalam perut air Sungai Cisadane di dekat lokasi bendungan. Agak di sebelah kanan seorang pria memancing dengan berjongkok di "pulau" di tengah sungai di bawah bendungan, yang membutuhkan kesabaran dan kewaspadaan karena permukaan air sewaktu-waktu bisa naik. Ikan sebesar telapak tangan beberapa kali terlihat berhasil dikail dan dimasukkan ke dalam bubu yang ia bawa. Lebih ke kanan lagi ada seorang pria tampak tengah mengail dari atas bendungan yang cukup tinggi. Tentu membutuhkan senar yang panjang dan kuat untuk memancing dengan cara seperti itu. Selain sebagai pengendali banjir, fungsi utama bendungan ini adalah untuk mengairi areal persawahan seluas ha lebih yang meliputi Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kabupaten Serang dan DKI Jakarta. Bentang Bendungan Pintu Air Sepuluh Tangerang merentang sepanjang 125 meter dan dibuat dengan konstruksi beton bertulang. Cukup menarik melihat aktivitas penduduk di sekitar bendungan, dan jika mau anda pun bisa naik melewati tangga untuk kemudian berdiri menikmati pemandangan dari atas konstruksi besi bendungan, tentu dengan ijin penjaga yang bertugas. Sewaktu kunjungan saya itu hanya tiga buah pintu air yang dibuka. Pintu-pintu air ini masih digerakkan oleh mesin-mesin tua HEMAAF warisan Belanda berkekuatan 6000 Watt yang seusia dengan umur bendungan. Ada lima buah mesin penggerak pintu yang masing-masing menggerakkan dua buah pintu air. Akan sangat menarik jika saja di tepian Bendungan Pintu Air Sepuluh Tangerang dibangun tempat minum dan makan yang bisa dipakai bersantai dan menikmati pemandangan setelah berjalan menyusur sungai dan bendungan. Pengembangan kawasan wisata seperti ini perlu terus dilakukan oleh pemerintah setempat untuk membantu bergeraknya ekonomi. Alamat Bendungan Pintu Air Sepuluh berada di Jl Raya Sangego, Desa Koang Jaya, Kecamatan Karawaci, Tangerang Kota. Lokasi GPS Waze smartphone Android dan iOS . Jam buka sepanjang waktu. Harga tiket masuk sumbangan diharapkan. Hotel di Tangerang, Hotel di Tangerang Selatan, Tempat Wisata di Tangerang, Peta Wisata Tangerang., seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Februari 16, 2021.
Tangerang dikenal sebagai kota kawasan 1000 industri. Hal ini karena sebagian besar wilayah Tangerang merupakan kawasan Industri. Namun tahu kah kamu di Tangerang juga ada sebuah bendungan yang kerap dijadikan sebagai destinasi untuk refreshing? Ya, Bendungan ini disebut Bendungan Pintu Air Sepuluh. Lokasinya berada di daerah Kota Tangerang, tepatnya Sungai Cisadane. Orang-orang setempat menyebutnya Bendungan Pasar Baru Irigasi Cisadane atau Bendungan Sangengo. Sesuai namanya, Bendungan Pintu Air Sepuluh memiliki 10 pintu air dengan lebar masing-masing 10 meter . Bendungan ini merupakan peninggalan dari zaman kolonialisme Belanda lho! Hingga saat ini, fisiknya masih kokoh dengan keaslian bangunan yang masih terjaga, serta dapat dimanfaatkan sesuai fungsinya. Yuk, simak sejarahnya pada artikel di bawah ini. Sejarah Bendungan Pintu Air SepuluhBendungan Pintu Air Sepuluh mulai dibangun pada pada awal abad ke-20, yakni pada masa pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia. Pembangunan bendungan ini merupakan salah satu bentuk manifestasi Politik Etis atau Politik Balas Budi yang dicetuskan oleh Van Deventer dari Belanda. Salah satu dari tiga isi program Politik Etis atau yang disebut dengan Trias Vandeventer ini adalah irigasi, yakni membangun pengairan-pengairan dan bendungan untuk keperluan pertanian. Pada masa itu, Tangerang dijadikan sebagai kota benteng pertahanan Belanda di Indonesia. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk membangun infrastruktur di wilayah tersebut. Kebetulan di sana ada Sungai Cisadane yang mengalir hingga sepanjang 126 km melintasi Kota Tangerang. Jadi daerah tersebut dirasa tepat untuk menjalankan Politik Etis Belanda. Berdasarkan catatan sejarah, selain memanfaatkan tenaga penduduk setempat dalam pembangunan bendungan ini, pemerintah Belanda juga mendatangkan pekerja dari Cirebon. Peran Bendungan Pintu Air Sepuluh dalam kehidupan masyarakat Tangerang Sejak zaman pemerintahan Kerajaan Tarumanegara, Sungai Cisadane telah difungsikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat, terutama yang hidup di daerah aliran sungai. Hingga awal pemerintahan Hindia Belanda, peranan sungai ini masih sama. Sejak pembangunan Bendungan Pintu Air Sepuluh di Sungai Cisadane, peran penting sungai ini berubah lebih besar, yakni untuk keperluan irigasi. Dengan bantuan bendungan ini, air dapat dialirkan hingga ke 1500 Ha sawah yang terbentang dari Kota Tangerang hingga Kabupaten Tangerang. Selain untuk keperluan irigasi, tinggi bendungan yang mencapai 110 meter tersebut dibuat untuk mencegah banjir. Sebelumnya, pemerintah Belanda juga membangun fasilitas yang berfungsi untuk pengolahan air bersih. Letaknya persis di samping bendungan. Namun oleh pemerintah lokal, tempat tersebut dialih-fungsikan menjadi kantor PDAM untuk kawasan Tangerang. Menjadikan Bendungan Pintu Air Sepuluh sebagai destinasi wisata Bagi orang-orang yang ingin memanjakan mata dengan bangunan bersejarah dan panorama alam, Bendungan Pintu Air Sepuluh dapat dijadikan sebagai opsi. Meskipun berada di wilayah Kota Tangerang, tempat ini tidak hingar-bingar seperti Jakarta. Suasana ini membuat Bendungan Pintu Air Sepuluh sangat cocok dijadikan sebagai tempat untuk menenangkan pikiran. Saat ini, masyarat yang tinggal di daerah Tangerang sering memanfaatkan tempat tersebut untuk sekedar refreshing, jogging di jalanan sekitar bendungan, hingga menunggu matahari terbenam. Bagi orang-orang yang hobi fotografi, pemandangan Sungai Cisadane dan Bendungan Pintu Air Sepuluh dapat menjadi lokasi foto yang photogenic dan instagramable. Harapannya, masyarakat dan pemerintah dapat tetap bersama-sama menjaga keaslian bangunan bersejarah tersebut. Sehingga untuk ke depannya, Bendungan Pintu Air Sepuluh sebagai bagian dari sejarah kolonialisme di Indonesia, dapat lebih dikenal oleh orang-orang yang berasal dari luar Tangerang. Nah, itu dia sejarah, peran, serta fungsi Bendungan Pintu Air Sepuluh di Tangerang. Sebagai masyarakat Indonesia yang tidak ingin melupakan secara, bagaimana, kamu tertarik mengunjunginya?
Home / SEJARAH / Sejarah Dan Keangkeran Bendungan Pintu Air 10 Cisadane Bendungan Pintu Air 10 Cisadane Tangerang – OaseIndonesiaNews Bendungan Pasar Baru atau biasa disebut oleh masyarakat Tangerang dengan Pintu Air 10 Cisadane. Dibangun pada tahun 1927, selesai dan diresmikan tahun 1930. Selain menjadi pengendali air kiriman dari kota Bogor, bangunan bersejarah tersebut difungsikan untuk mengairi areal persawahan seluas Hektar. Bangunan yang terletak di jalan Tubun, Kelurahan Koang Jaya, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang, Provinsi Banten ini saat zaman penjajahan kolonial memiliki peranan yang penting. Antara lain sebagai sumber air bagi irigasi warga dan pengendali volume air yang akan bermuara ke lauy di wilayah Kabupaten Tangerang. Bendungan ini awalnya bernama Bendungan Sangego, kemudian berubah menjadi Bendungan Pintu Sepuluh atau Bendungan Pasar Baru. Perubahan pada bendungan ini tidak terlalu banyak karena terlihat dari peralatan dan mesin yang digunakan sudah tua. Bendungan Pasar Baru mempunyai 10 pintu air dari besi dan 11 tiang penopang. Konstruksi bendungan terbuat dari beton bertulang. Pada sisi utara dan selatan bangunan terdapat rel lori yang digunakan untuk mendistribusikan pintu air pengganti jika ada pintu air yang rusak. Bendungan memanjang dari timur ke barat dengan panjang 125 m dengan rincian 10 jumlah pintu air, lebar pintu 10 m, 3 intake, 2 pintu penguras lumpur, tinggi pintu bawah 5 m, tinggi pintu atas 3 m, dan berat pintu masing-masing 25 ton. Bangunannya memiliki dua tingkat. Penghubung ke lantai atas menggunakan tangga yang berada di ujung timur dan barat bangunan. Bagian ujung barat dan timur bangunan menggunakan tegel berwarna abu-abu, bercorak kotak-kotak dan berukuran 20 x 20 cm. Pada lantai dua terdapat 5 ruang yang berisi penggerak pintu air. Alat-alat yang digunakan pada bendungan ini sudah cukup mengkhawatirkan sehingga perlu dilakukan perbaikan. Pintu masuk bendungan Di sebelah barat bendungan terdapat bangunan berdenah persegi, dengan pintu berupa rolling door dari besi. Bangunan tersebut digunakan untuk menyimpan lori dan difungsikan sebagai gudang. Lori digunakan untuk membawa pintu air pengganti dan gudang. Keadaan bangunan tersebut dalam keadaan cukup terawat, dan lori masih bisa digunakan hingga sekarang. Perbaikan tambal sulam pun kerap dilakukan agar bangunan cagar budaya ini tetap berdiri kokoh. Saat ini, pengelolaan bendungan tersebut menjadi kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane BBWSCC Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum. Dan menurut data yang dihimpun dari antara, rehabilitasi bendungan tersebut terakhir dilakukan pada 2019 lalu dengan menelan dan sebanyak Rp 90 miliar. Selain itu, bendungan yang berada di lintasan Sungai Cisadane ini juga menjadi sumber air baku bagi wilayah Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang dan Tangerang Selatan. Selain itu, bangunan tersebut juga dimanfaatkan Pemprov Banten untuk menambah Pendapatan Asli Daerah PAD. Yaitu dengan mengambil pajak dari penggunaan sumber air baku yang bersumber dari Sungai Cisadane. Pintu Air Pintu Air 10, masih terlihat kokoh walaupun sudah berusia hampir satu abad. Bangunan ini disebut-sebut sebagai salah satu icon Tangerang. Namun, di balik megahnya bangunan Pintu Air 10 tersimpan cerita misteri yang membuat bulu kuduk berdiri. Pintu Air 10 dalam pembangunannya juga tidak sedikit memakan korban jiwa. Rano Mardiansyah, salah satu penjaga bendungan Pintu Air 10 mengatakan tidak sedikit orang yang melintas melihat sosok putih sedang berdiri di tengah-tengah bendungan. Bahkan, kalau malam Rano juga suka menedegar suara-suara aneh seperti jeritan minta tolong dan perempuan tertawa. “Memang sering terjadi hal-hal aneh, karena kebanyakan mayat-mayat yang hilang karena hanyut pasti berujung ditemukan di bendungan ini. Entah tersangkut atau bahkan hanya mengambang,” cerita Rano. Tidak hanya itu, Rano juga menjelaskan, di bendungan Pintu Air 10 ada tiga makluk gaib yang sering terlihat, yaitu kuntilanak, manusia tanpa kepala dan kepala saja. “Mereka yang paling sering terlihat oleh orang-orang yang melintas bahkan yang suka mancing malam-malam. Masyarakat setempat memiliki mitos terkait Pintu Air 10. Mereka percaya adanya penunggu yang mendiami bendungan yang dibangun dari zaman Belanda itu,” tambahnya. Ritual yang dilakukan adalah pemotongan tiga sapi dewasa dipotong, lalu kepalanya di tanam atau dikubur di tanah tak jauh dari pintu air. Tanah tersebut kemudian ditaburi kembang tujuh rupa. Selanjutnya daging sapi dibagikan kepada warga sekitar. Kemudian malamnya dilakukan pengajian dan syukuran. Namun begitu, bendungan Pintu Air 10 merupakan salah satu icon Tangerang, dan banyak juga yang melakukan foto pra wedding di lokasi tersebut. WD/Berbagai Sumber
Galih Gumelar - Misteri Dari Kisah Mistis yang Dialami Para Penjaga Bendungan Pintu Air 10 Tangerang. Bendungan yang telah berdiri sejak 1927 di era penjajahan Belanda masih mempertahankan gaya bangunan dan kontruksi klasik ala Belanda kuno. Lokasi Bendungan ini berada di Kota Tangerang Banten, dan biasa kita jumpai jika kita menuju ke arah Cadas, Mauk, Paku Haji, Pasar Kemis, Sepatan dari Kota Tangerang melalui arah Rumah Sakit Sitanala atau Gedung Cisadane Pemda Kota Tangerang Seperti di lansir dari Warta Kota, Misteri Galih Gumelar mendapatkan adanya misteri dan mitos dari Bendungan ini. Kenapa dinamakan Pintu Air 10, karena menurut mitos berdirinya bendungan tersebut yang memiliki 10 pintu dengan masing-masing ukuran tinggi dan lebar pintu sebesar 10x10 meter. "Ini semua pintu 10, lebar pintu 10 meter, tinggi pintu 10 meter. Makanya di sebut pintu air 10," ucap Abdul Maiin salah satu petugas penjaga Bendungan Pintu Air 10. Namun di balik sejarah panjangnya, bendungan itu kerap diselimuti cerita mistis baik para penjaga yang bertugas ataupun masyarakat sekitarnya. Abdul bersama rekannya mengaku, kerap mengalami kejadian mistis saat dirinya mendapat tugas menjaga bendungan di malam hari. "Kalau mistis sih orang bilang banyak. Banyak yang ngomong macam-macam mitosnya ya. Tapi kalau saya rasakan sendiri memang ada," katanya. Abdul mengisahkan, bila dirinya berjaga di malam hari selalu ada saja kejadian mistis yang ia rasakan di ruang kerjanya. Misal seperti kerjadian air kiriman dari hulu Tangerang tanpa adanya informasi yang diterima para petugas dari Bendungan Batu Belah, Bogor, Jawa Barat. Saat itu, Abdul bersama rekannya sedang asyik berjaga hingga terlelap di larut malam hari. Abdul terkejut saat dirinya kembali terbangun dari tidur pulasnya dengan penampakan sosok manusia kurcaci. Sontak, Abdul membangunkan temannya tersebut. Namun, teman Abdul hanya tertidur pulas tanpa bisa dibangunkan dirinya. Merasa terbingung, Abdul yang telah bekerja sembilan tahun mencoba menyadarkan diri. Alhasil, saat ia menoleh ke arah kali ternyata air mendapat kiriman dari hulu hingga berstatus banjir. Padalah Abdul mengecek tidak ada panggilan dan laporan dari hulu Tangerang akan adanya air kiriman tersebut. "Enggak ada laporan dari hulu kalau ada air datang. Tahu-tahu dibangunin sama manusia kurcaci. "Saya diam, pas saya tengok pintu air ternyata air banjir," kenang ia sambil memegang pundaknya yang merasa merinding. "Bener tuh mas, saya kerap mengalami hal yang sama," saut salah satu teman Abdul yang bertugas dari dalam gedung. Pengalaman tersebut, kerap dialami oleh para petugas. Namun, para petugas seakan berterima kasih dengan hal mistis tersebut karena dianggapnya sebagai peringatan. "Para petugas jaga malam tertidur dan dibangunin lewat cara aneh seperti itu. Saya jadi terimakasih juga secara tidak langsung kami dibantu," jelasnya. Adapun, kisah aneh yang dialami oleh para petugas berupa suara menangis dari salah satu pintu bendungan. Bila suara tersebut didengar oleh para petugas, hal tersebut diyakini sebagai pertanda akan adanya temuan mayat yang tersangkut di pintu bendungan. "Kalau khusus petugas dengar pintu nangis sudah semuanya merasakan dan mendenger. Biasanya sehabis itu ada mayat di pintu yang terdengar nangis itu," jelas Abdul. Di sisi lain meski terkesan mistis, bendungan pengontrol air kawasan Tangerang yang masih mempertahankan desain kunonya itu dapat berdampak positif. Pasalnya, selain menjadi ikon kota, kawasan bendungan kerap menjadi tempat wisata bagi warga sekitar hingga mancanegara untuk mengadakan sebuah festival maupun pergelaran budaya. "Disini ada pecun. Pecun itu lomba dayung perahu naga. Kalau kemarin setelah pecun, tiap lima tahun sekali itu ada perlombaan perahu hias dari 12 negara," jelasnya. Namun, demi alasan keamanan pihak Pemerintah Kota Pemkot Tangerang mengganti lokasi tersebut yang masih dengan daerah aliran sungai DAS Bendungan Pintu Air 10. Dari hasil cerita di atas, bahwasanya kita hidup memang berdampingan dengan dunia lain yang ada aturan dan sumbernya, segala kebenarannya hanyalah milik Allah SWT. Sumber Warta Kota
Bendungan Pintu Air Sepuluh Salah satu peninggalan sejarah di Kota Tangerang yang masih megah terpelihara sampai sekarang adalah Bendungan Pintu Air Sepuluh atau yang juga dikenal dengan sebutan SANGEGO. Bendungan yang dibuat era tahun 1920an oleh Pemerintah Kolonial Belanda ini sampai sekarang masih berfungsi dengan baik membendung Sungai Cisadane yang membelah Kota Tangerang. Dengan fisik yang kokoh, tinggi bendungan ini mencapai 110 meter. Disebut dengan pintu 10, karena bendungan ini memiliki tiang penyangga sebanyak sepuluh buah dan terlihat seperti pintu yang berjumlah sepuluh buah. Bendungan ini dibangun pada awal abad ke-20 tepatnya antara tahun 1921 sampai 1930 sebagai bentuk manifestasi Potik Etis balas budi yang dijalankan oleh Pemerintah Kolonial Belanda kepada rakyat Indonesia. Dan Tangerang yang dijadikan salah satu Benteng Tangerang Kota Benteng pertahanan oleh Belanda selain menjalankan potik etis tersebut juga sangat logis membangun infrastruktur di wilayah pertahanan mereka. Sehingga selain membangun bendungan pintu sepuluh untuk menjaga dan mengontrol ketinggian air Sungai Cisadane guna kepentingan mencegah banjir dan irigasi, Pemerintah Kolonial Belanda juga membangun fasilitas pengolahan air bersih di samping bendungan yang kelak diteruskan fungsinya oleh pemerintah sebagai Kantor PDAM Tangerang guna pendistribusian air baku atau air bersih untuk kawasan Tangerang. Bendungan Pintu Air Sepuluh sampai dengan saat ini sangat bermanfaat bagi masyarakat Tangerang, khususnya Kota Tangerang. Kalau dikonversi dengan nilai rupiah saat ini, berapa nilai biaya pembangunan bendungannya saja seperti fisik bendungan pintu sepuluh. Pastinya luar biasa besar. Semoga Bendungan Pintu Air Sepuluh tidak sekedar menjadi simbol dan maskot sejarah belaka, tetapi juga dapat dibangun menjadi spot daerah objek pariwisata lokal dengan kelengkapan fasilitasnya. Sumber Share Artikel
bendungan pintu air 10